Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatra Selatan. Ibu kota kabupaten ini terletak di Muara Enim. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.323,06 km² dan populasi sebanyak lebih dari 700.000 jiwa.
1. Air Terjun Curug Tenang/Bedegung
Untuk memberi kenyamanan kepada para pengunjung objek wisata ini, Pemerintah Kabupaten Muara Enim telah melakukan beberapa perbaikan sarana dan prasarana penunjang, seperti pembangunan toilet dan kamar mandi di sekitar lokasi, serta pembangunan jalan setapak yang akan digunakan sebagai akses utama bagi para wisatawan menuju air terjun ini.
Bagi para wisatawan dari luar daerah atau wisatawan lokal lainnya tidak perlu khawatir untuk mencari sarana penginapan, karena di sekitar kawasan air terjun ini sudah banyak dibangun villa dan tempat penginapan.
Air terjun ini merupakan air terjun alami yang memberikan kesejukan bagi para wisatawan, karena nuansa alamnya yang kelilingi hijaunya pepohonan, serta hembusan angin yang membawa butiran air .
Perjalanan untuk menuju air terjun Bedegung atau Curup Tenang ini dapat di tempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 sampai 2 jam dari Muara Enim atau kurang lebih 58 kilometer.
2. Air terjun Napal Carik
Muara Enim, Tim News Room Kominfo..
Salah satu pesona keindahan alam yang ada di Kabupaten Muara Enim adalah
air terjun Napal Carik. Meskipun jalan untuk menujuk ke objek wisata
air terjun tersebut pada saat ini mesih sulit untuk ditempuh, tetapi
kesulitan dan keletihan yang dirasakan selama perjalanan menuju ke air
terjun tersebut akan terbayar dengan keindahannya.
Air terjun Napal Carik tersebut bertempat di desa Muara Emil Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Untuk menuju ke lokasi tersebut kita harus menggunakan kendaraan roda dua, sebab medan yang akan dilalui merupakan hutan dengan kawasan perbukitan yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
3. Candi Bumi Ayu
Candi Bumi Ayu merupakan salah satu situs peninggalan agama Hindu yang terdapat di pesisir sungai lematang, di hilir desa siku sebagai desa paling hilir dari kecamatan rambang dangku masih kawasan Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan. dengan kata lain suksesnya candi bumi ayu sebagai tujuan wisata akan berpengaruh pada perkembangan rambang dangku. Candi-candi di Bumi ayu merupakan death monument, artinya monumen yang telah ditinggalkan masyarakat pendukungnya. Candi tersebut ditinggalkan mungkin seiring dengan terdesaknya kekuatan politik Hindu oleh Islam pada sekitar abad ke-16. Kemudian candi-candi itu rusak dan terkubur tanah hingga ditemukan kembali oleh E.P. Tombrink tahun 1864. Tinggalan monumental itu beserta sistem budayanya benar-benar hilang pula dari ingatan kolektif pewarisnya. Hal itu tampak bahwa penduduk Bumi ayu tidak mengenal fungsinya semula. Cerita penduduk yang dicatat oleh A.J. Knaap tahun 1902 menyatakan bahwa apa yang sekarang disebut candi di Bumi ayu itu adalah bekas istana sebuah kerajaan yang disebut Gedebong Undang. Diceritakan pula bahwa wilayah kerajaan tersebut sampai di Modong dan Babat. F.M. Schnitger melaporkan bahwa di kedua desa tersebut terdapat pula tinggalan agama Hindu (1934:4), namun kini telah hilang terkena erosi Sungai Lematang. Penduduk Bumiayu tidak mengenal pula kata “candi” sebelum ada kegiatan penelitian, perlindungan, dan pemeliharaan di situs tersebut. Kata “candi” diambil dari bahasa Jawa untuk menggantikan kata “kuil” dari agama Hindu atau Budha. Namun, orang Jawa yang mewarisi puluhan candi-candi itu pun tidak mengenal lagi pengertian dan fungsi candi yang sebenarnya. Mereka menganggap candi sebagai bangunan pemakaman atau penanaman abu jenazah, bukan kuil dewa Hindu atau Budha. R. Soekmono (1974) Candi ini merupakan satu-satunya Kompleks Percandian di Sumatera Selatan, sampai saat ini tidak kurang 9 buah bangunan Candi yang telah ditemukan dan 4 diantaranya telah dipugar, yaitu Candi 1, Candi 2, Candi 3 dan Candi 8. Usaha pelestarian ini telah dimulai pada tahun 1990 sampai sekarang, dengan didukung oleh dana APBN. Walaupun demikian peran serta Pemerintah Kabupaten Muara Enim cukup besar, antara lain Pembangunan Jalan, Pembebasan Tanah dan Pembangunan Gedung Museum Lapangan. Percandian Bumiayu meliputi lahan seluas 75,56 Ha, dengan batas terluar berupa 7 (tujuh) buah sungai parit yang sebagian sudah mengalami pendangkalan. Baru baru ini sedang dibangun dan diperlebar jalan dari teluk lubuk menuju tanah abang yang melewati bebarapa desa di daerah rambang dangku di sepanjang aliran sungai lematang sebagai salah satu akses menuju kawasan candi bumi ayu. Objek Wisata Candi Bumi Ayu terletak di Desa Bumiayu Kecamatan Tanah Abang jarak antara kota Muara Enim sekitar 85 Km ditempuh dengan kendaraan darat. Candi Bumi Ayu pada saat ini masih dalam proses pengkajian dan pemugaran, sehingga belum banyak informasi yang dapat diketahui, sedangkan informasi tertulis dari Candi tersebut masih dalam proses dipahami oleh Tim Pengkajian Peninggalan Purbakala Propinsi Sumatera Selatan.
0 komentar:
Post a Comment